Khutbah Idul Adha 1445 H - Meneladani Keluarga Nabi Ibrahim As.

اَللهُ أَكْبَرْ، اَللهُ أَكْبَرْ، اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لَا إِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ وَحْدَهُ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ بَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَأَدَّى الْأَمَانَةَ وَنَصَحَ الْأُمَّةَ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى حَبِيْبِنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ وَاهْتَدَى بِهَدْيِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدَهُ فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كَتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴾

 

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahil Hamd

Hadirin jamaah shalat Idul Adha yang di Rahmati Allah

Pada hari ini, sebagian saudara kita, ada yang sedang melaksanakan Haji ke Baitullah. Sebuah ibadah yang luar biasa, dirindukan semua jiwa, tidak pernah dilupakan pengalamannya dan kata-kata tidak bisa merangkai kenikmatannya. Semoga mereka yang sedang haji dijadikan haji yang mabrur dan bagi kita yang belum haji bisa dimudahkan untuk segera berangkat haji.

Hari ini seluruh muslimin penjuru dunia mengagungkan Allah SWT pada 4 hari, satu hari nahar dan tiga hari tasyrik. Selama 4 hari kita mengagungkan Allah

اَللهُ أَكْبَرْ، اَللهُ أَكْبَرْ، اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً

Jika kita merasa sedang merasa mendapatkan ujian besar, karena sakit, gagal dalam berbisnis, ditinggal wafat orang tua atau pasangan maka kita katakan Allahu Akbar dan yakini Allah yang Maha Besar dengan semua hikmah taqdir yang diberikan.

Hadirin jamaah shalat Idul Adha yang di Rahmati Allah

Palestina adalah negeri para nabi, salah satunya Nabi Ibrahim. Mereka sekarang sedang menderita kelaparan, banyak anak-anak yang syahid, bantuan makanan diblokade, kondisinya memburuk dan memprihatinkan. Gelombang demonstrasi di hampir belahan dunia terus dilakukan untuk menggugah mata dunia dan menghentikan kekejaman zionis Israel. Jangan lupakan Palestina dalam doa kita dan dukung terus dengan aksi dan donasi.

Hadirin jamaah shalat Idul Adha yang di Rahmati Allah

Hari raya Idul Adha mengingatkan kita kembali peristiwa monumental. Tentang hebatnya ujian, pengorbanan, ketaatan dan kesabaran Nabi Ibrahim. Kedudukan beliau sangat istimewa, nama Ibrahim disebut puluhan kali melalui 24 surah dalam Al-Qur’an. Menjadi nama surah dalam al-Qur’an yakni surah Ibrahim.

Banyak gelar Nabi Ibrahim, sebagai Ulul Azmi (pemilik keteguhan luar biasa), Khalilullah (kekasih Allah), Abu Ambiyak (bapaknya para nabi). Beliau juga disebut Abu syariah karena ada beberapa syari’at dalam Islam yang berasal dari syari’at Nabi Ibrahim. Khitan, Ibadah Haji, umroh dan penyembelihan hewan kurban.

Dengan banyak gelar istimewa tersebut menjadikan beliau sosok teladan yang diabadikan kisahnya dalam al Qur’an Surat Mumtahanah ayat 4:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ

 Artinya : Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; 

Banyak keteladanan yang diwariskan oleh Nabi Ibrahim, dalam khutbah Idul Adha kali ini, kita fokuskan untuk mengambil pelajaran dari pendidikan keluarga Nabi Ibrahim. Keluarga adalah pilar pertama dan tangga membangun peradaban Islam dan hari ini terjadi krisis keluarga dengan meningkatnya angka perceraian

Hadirin jamaah shalat Idul Adha yang di Rahmati Allah

Bahwa mungkin kota Makkah tidak semakmur dan berkah hingga hari ini, jika Siti Hajar tidak taat dengan perintah suaminya untuk ditinggal bersama bayinya Ismail kecil di tanah tandus, gersang dan tiada penghuni satupun.

Tidak ada syari’at Sai dalam haji, umroh dan tidak ada air zamzam yang mengalir hingga hari ini, jika Siti Hajar tidak bertawakkal mencari air kehidupan dengan berlari-lari kecil dari Shafa dan Marwa.

Tidak ada syari’at menyembelih hewan kurban jika Nabi Ibrahim menolak perintah menyembelih putranya atau Ismail kecil tidak mau disembelih atau ibunya Siti Hajar tidak setuju.

Parade ketaatan, pengorbanan dan kesabaran yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim bersama istri dan anaknya bukanlah tiba-tiba atau instan. Mendidik istri dan anak-anak menjadi taat, memiliki akidah yang kuat, akhlaq yang tinggi tentu memerlukan proses tarbiyah yang baik.

Pertama, menjaga integritas sebagai seorang nabi dan suami. Sebagai seorang nabi, Nabi Ibrahim sejak muda memiliki jejak rekam sebagai pejuang tauhid, konsisten untuk menentang segala bentuk kemusyrikan dan senantiasa berdakwah di jalan Allah. Sebagai seorang suami, Nabi Ibrahim memiliki kredibilitas yang tidak diragukan untuk ditaati oleh istri dan anaknya.

Menjaga integritas atau kejujuran yang kuat di hadapan istri bukan pekerjaan mudah, karena istri membersamai 24 jam dan mengetahui kondisi suami luar dan dalam, sehingga sulit untuk sekedar berpura-pura. Banyak suami yang berwibawa dan disegani di tempat kerjanya, tapi runtuh di hadapan istri. Maka penting membangun dan menjaga integritas sebagai seorang pemimpin dalam rumah tangga dengan mengaktualisasikan sifat nabi yaitu shiddiq, amanah, tabligh dan fathonah. Inilah metode keteladanan dalam pendidikan di level apapun.

Kedua, Nabi Ibrahim membangun pondasi keluarga dengan nilai-nilai tauhid yang kuat, bukan berdasarkan materialisme dan hedonisme. Pendidikan keluarga berbasis tauhid yang senantiasa diberikan kepada istri dan anak-anaknya, maka wajar Siti Hajar istrinya bisa yakin dan sabar ketika ditempatkan hanya berdua dengan anaknya yang baru lahir yaitu Ismail di Makkah yang saat itu masih tandus, gersang, tidak ada tanda-tanda kehidupan dan memang tidak ada mahluk hidup selain mereka berdua. Ketika Ibrahim melangkah pergi, Siti Hajar mengejar Ibrahim dan bertanya. “Wahai Ibrahim, apakah engkau tega meninggalkan istri dan anakmu di sini sendirian?”

Nabi Ibrahim speechless (terdiam) dan tetap melangkah pelan-pelan pergi. Bukan tidak tahu tapi kesulitan untuk memberikan penjelasan. Laki-laki seringkali kehilangan kata-kata dan memilih diam dalam berkomunikasi.

Tiga kali Hajar bertanya dan Nabi Ibrahim tetap diam tidak menjawabnya, karena Hajar cerdas dalam berkomunikasi sehingga mengubah pertanyaannya dengan jawaban pilihan ‘ya atau tidak’, “Wahai Ibrahim, apakah ini perintah Allah?”. Ibrahim berhenti dan menjawab, “Iya, betul”.

Hajar berhenti mengejar, tidak bertanya lagi dan berkata, “Jika ini perintah Allah, pergilah wahai Ibrahim karena pasti Allah tidak akan menyia-nyiakan kami di sini.”

Inilah momentum nilai-nilai tauhid mengalahkan akal dan perasaan. Keyakinan melumpuhkan keraguan dan ketakutan. Inilah karakter dari kerja tauhid, senantiasa bersandar kepada keyakinan dan huznudzan dengan pertolongan Allah.

Hadirin Jamaah Shalat Idul Adha yang dirahmati Allah

Kemudian ketika Allah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya. Ini perintah sangat berat dan luar biasa, betul-betul di luar kebiasaan. Ketika tiga kali mimpi dan yakin bahwa perintah menyembelih anak adalah perintah Allah maka dengan yakin dan tanpa ragu, berkata kepada Ismail kecil

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ

Ketika anak itu sampai pada [umur] ia sanggup bekerja bersamanya, ia [Ibrahim] berkata, ‘Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?

Ismail bukanlah sebagaimana anak diusianya. Dia menjawab dengan tenang:

قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ

“Dia [Ismail] menjawab, ‘Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan [Allah] kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.”

Tidak mungkin Ismail, anak seusia 7 ataupun ada yang mengatakan 13 tahun bisa menjawab setenang itu, tidak ada rasa panik, sedih dan khawatir, jika sebelumnya tidak ada nilai-nilai tauhid yang ditanamkan secara baik dari ayah dan ibunya. Pasti orang tuanya telah memahamkan tentang nilai-nilai tauhid bahwa Allah sebagai Rabb yang harus ditaati, mimpi yang benar dan kemuliaan sabar.

Di sinilah pentingnya pendidikan kepada anak, memberikan tarbiyah dengan keteladanan dan komunikasi yang baik kepada anak-anaknya. Jiwa anak itu imitatif (meniru) dan sosok yang paling dekat untuk ditiru, yaitu orang tuanya.

Ketiga, gaya komunikasi Nabi Ibrahim kepada Ismail dengan dialog dan memastikan ada pemahaman tauhid yang sama atau satu frekwensi. Nabi Ibrahim juga memiliki kredibilitas yang kuat dengan pilihan diksi dan retorika dalam berkomunikasi sehingga mudah diterima.

Meski Nabi Ibrahim jarang membersamai Ismail karena harus menjalankan perintah Allah untuk berdakwah. Bukan berarti Nabi Ibrahim tidak peduli dengan keluarganya tapi Nabi Ibrahim telah berhasil menanamkan nilai-nilai tauhid kepada istrinya. Cara ayah mendidik anak yang efektif adalah dengan mendidik dan memberikan kenyamanan istri terlebih dahulu karena istri yang lebih banyak membersamai anak.

Fenomena hari ini, banyak father less (kehilangan sosok ayah) atau mengalami yatim psikologis dan kehilangan figur teladan. Penyebabnya ayahnya memang jarang berada di rumah dan jarang komunikasi atau secara fisik ayahnya ada di sekitar anak tapi jarang menyapa. Tidak ada nasehat, nilai-nilai dan teladan dari ayah.

Ada tiga type ayah yang menjadi penyebab kenakalan anak, yaitu pendiam, sibuk dan pemarah. Ketiga type ayah tersebut ada kesamaan yaitu memiliki komunikasi negatif. Ayah pendiam dan sibuk cenderung sangat minim dalam berkomunikasi sehingga tidak ada transformasi nilai yang diberikan kepada anak. Ayah pemarah, komunikasinya mengandung energi negatif sehingga berbuah kedurhakaan.

Keempat, keteladanan dua istri Nabi Ibrahim. Siti Sarah sebagai sosok wanita sangat cantik sehingga sempat digoda oleh Raja Mesir. Jika Siti Sarah bukan istri sholehah, dengan kecantikannya pasti lebih memilih menjadi permaisuri raja daripada hidup sengsara bersama Nabi Ibrahim. Bahkan bisa berbagi cinta dengan Siti Hajar untuk menjadi istri kedua bagi Nabi Ibrahim, ini tidak mudah kecuali wanita yang keimanan mendominasi daripada rasa cemburu.

Tidak mudah menjadi istri yang setia dan sabar di saat suami mengalami kondisi ekonomi sulit atau diuji sebagai istri yang dimadu oleh sang suami.

Keteladanan Siti Hajar yang menjadi sosok istri kedua yang bisa mengisi ruang kosong ketika ditinggalkan suami dalam waktu yang lama. Siti Hajar mampu menampilkan sebagai orang tua yang utuh dalam mentransformasikan nilai-nilai tauhid itu kepada putranya. Terutama untuk yakin, sabar dan husnudzan kepada Allah. Siti Hajar pernah ditanya oleh Ismail anaknya,

“Siapa ayahnya?”

Siti Hajar menjawab dengan senyum dan bangga, “Ayahmu seorang nabi yang sangat jujur dan pemimpin orang-orang yang bertauhid.”

Ketika istri memuji, mengakui dan bangga kebaikan suami di hadapan anaknya maka itu pintu masuk menjadikan ayah sebagai idola, teladan yang dihormati dan ditaati. Siti Hajar tidak suka baper (bawa perasaan) ataupun caper (cari perhatian) meski sebenarnya layak dan berpeluang untuk baper.

Hadirin Jamaah Shalat Idul Adha yang dirahmati Allah

Kelima, Nabi Ibrahim seorang pekerja keras yang senantiasa membingkai keinginannya dengan doa, menghadapi tantangan apapun dengan doa. Dalam al-Qur’an, doa yang paling banyak diabadikan adalah doa Nabi Ibrahim. Ini sebagai gambaran intensiitas dan urgensi doa Nabi Ibrahim yang luar biasa untuk menjadi teladan bagi umat Nabi Muhammad. Doanya bukan hanya untuk pribadi tapi untuk anak keturunan, masyarakat dan negeri yang ditempatinya.

Kekuatan doa itu nyata, doa bukan sekedar permintaan, tapi bukti kedekatan, kepasrahan dan penyerahan diri kepada Allah. Doa adalah wujud keyakinan untuk melibatkan Allah dalam segala keinginan, harapan dan tantangan. Dengan doa, ada optimisme dengan janji Allah yang pasti dan hanya Allah yang memiliki janji pasti.

Doa adalah bentuk perlawanan terhadap sesuatu yang dirasa mustahil, ketidakmungkinan atau tidak masuk akal. Sebagaimana salah satu doa Nabi Ibrahim yang diabadikan dalam al-Qur’an surat as-Saffat ayat 100

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh”

Doa untuk mendapatkan anak sholeh sebagai penerus menyebarkan risalah dan pelanjut sujud kepada Allah. Anak bukan sekedar kebanggaan atau pelanjut untuk mengabadikan kekuasaan.

Setelah bertahun-tahun berdoa, pagi, siang, sore dan malam tanpa mengenal putus asa, Allah memberikan anak dari istrinya Siti Hajar yaitu Ismail. Kemudian diberikan anak lagi yaitu Ishaq dari Siti Sarah, padahal keduanya sudah lanjut usia.

Bagi pasangan suami istri yang belum punya anak atau sudah punya anak tapi anaknya belum ada tanda kesholehan, belum menutup aurat, belum rajin shalat. Maka jangan berputus asa untuk ikhtiar, berdoa dan terus berdoa semaksimal mungkin sebagaimana Nabi Ibrahim. Tidak ada yang mustahil di hadapan Allah, tidak ada yang tidak mungkin jika Allah yang berkehendak. Allahu Akbar

Hadirin jamaah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah

Pada akhirnya, momentum Idul Adha harus mengantar kesadaran kita tentang pentingnya pendidikan tauhid dan akhlaq yang baik dalam keluarga. Bagi seorang suami, bahwa setiap cinta itu ada ujiannya maka jaga integritas dan senantiasa berbuat terbaik bagi keluarganya. Bagi muslimat, jihad yang paling berat adalah taat kepada suami dan senantiasa menyenangkan suaminya dengan senyum manisnya. Muslimat juga harus menjadi guru teladan bagi putra-putrinya. Bagi anak-anak, jadilah generasi qurrata a’yun menyenangkan hati dan muliakan orang tua Insya Allah kita akan mulia dunia akherat.

الْحَمْد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف المرسلين وعلى آله وصحبه أجمعين برحمتك يا أرحم الراحمين .اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. 

رَبَّنَا هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡيُن , وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبِّ هَبْ لِى حُكْمًا وَأَلْحِقْنِى بِٱلصَّٰلِحِينَ 

اللَّهُمَّ أَعِزَّالْإِسْلَامَا وَ لْمُسلِمِين  .اللَّهُمَّ انْصُرْإِخْوَاننَاَ الْمُسلِمِين المُجَاهِدِينَ فِي فِلِسْطِين
اللَّهُمَّ ثَبِّتْإِ يمَانَهُمْ وَأَ نْزِلِ السَّكِينَةَ عَلَىقُلُوبِهِم وَ وَحِّدْ صُفُوفَهُمْ
اللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ المُشْرِكِينَ اللَّهُمَّ دَمِّرِ لْيَهُودا وَ إِسْرَآئِل

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين، والحمد لله رب العالمين

 

DOwnload Materi Khutbah Lengkap : Di sini